Sebuah fanfiction Dragon Nest berbahasa indonesia :D
Disclaimer : As always, DN bukan punya saya, jika ada kesamaan nama Tempat, Job, dan kejadian, itu hanyalah kebetulan semata.
But still, Story line original karangan saya ^^
Enjoy..
"Pohon Peach, cepat tumbuh ya!"
______________________________________________________
Setiap hari, kamu bisa merasakan cahaya matahari yang hangat di Verathea. Tapi, tentu saja tidak senyaman siraman matahari di Moriettes Cloister Farm. Kehidupan begitu damai disini, tergambar dari kilauan air yang digelanyuti benang pancing sepanjang dek kayu, dan sorakan orang-orang yang mendapatkan ikan langka -atau para pemula yang mendapatkan ikan. Pokoknya, semuanya terasa damai dan bahagia. Apakah aku salah?
"Blea! Hoi, mau kemana kau? kemarikan watering can itu, kau tidak boleh--" Suara Morrie pengurus Farm tenggelam seiring langkah kaki kecilku yang semakin cepat, ditambah sorakan beberapa orang yang berhasil memancing ikan dari fishing district di sekitar sini.
Aku menuju ladang, mencari tempat 'rahasa'ku yang tersembunyi, untuk menanam biji buah Peach.
Aku akan membuat Peach Tart yang lezat, wuu huu. Pikirku dalam hati.
Dengan sedikit terbanting, mendaratlah watering can yang beratnya naudzubillah itu ke tanah. Segera kurogoh kantong kecil di celanaku, dan kukeluarkan sebuah benih mungil kemerahan. Benih Peach.
"Terima kasih paman Morrie" bisikku sambil menggenggam biji itu.
Tanpa memperdulikan tanah yang kotor, kugali sebuah gundukan -yang menandakan tanah itu subur, dan kujejalkan benih tadi kedalamnya. Senyumku mengembang.
Segera kuraih watering can yang tergeletak tak jauh dari situ, dan menuangkan hampir seluruh isinya ke gundukan tanah berisi benih Peach-ku tadi.
Mataku tak berkedip mengawasi gundukan itu, aku tak mau kehilangan momen saat daun pertamanya muncul. Kudengar, pohon Peach itu tumbuh dengan sangat cepat.
Grlrllmm gggrrmll...
Suara menggeram terdengar dari belakang telingaku, dan hatikupun mencelos
"Tidak ada monster di Farm Zone kan...?" Aku menelan ludah, dan dengan kaku menoleh ke belakang.
Oh! Ternyata hanya seekor Hound. Setauku, Hound adalah mahluk yang jinak. Ia biasanya selalu menjadi peliharaah para Adventurers di Verathea.
Tunggu.. berarti, ada Adventurer di sekitar sini? oh tidak.. ini kan spot pribadiku, milikku. Aku melirik kesana kemari, namun nihil. Aku segera bangkit dan berjalan menuju Hound mungil itu, bersiap untuk mengusirnya.
"Hey.. mana pemilikmu? Hush... huss"
Hound itu menggeram sambil menginjak-injak tanah di ladang-KU.
"Hei! Hentikan--" Aku belum sempat menyelesaikan ucapanku ketika kudengan suara 'plop' kecil dari tempatku menanam benih buah Peach. Oh tidak, daun pertamanya tumbuh!
"KAU! Karena kau, aku tidak bisa melihat tumbuhnya daun pertama pohon Peach-ku!!" Aku memekik pada hound itu, mendengar suaraku yang tinggi, ia berlari menuju pagar dengan panik.

"Heiii, kembaliii!"
Ucapanku tak dihiraukan oleh Hound itu. Oh, for God's sake, dia kan hound, mahluk bodoh itu tidak akan mengerti ucapanku.
Aku mengejarnya dengan langkah kakiku yang mungil. Sedikit-banyak kusesali memiliki tubuh pendek ini.
Aku terengah mengikuti gerakan cepat Hound tadi, ia berlari mengitari ladangku, dan aku dengan panik mengejarnya.
Tidak tidak tidak, jangan sampai ia menginjak pohon Peach-ku yang berharga!
"Kembali kau, Jangan, tidaaakkk.. kau merusak ladangku, berhenti!!" Aku menjerit dengan panik, namun Hound sialan itu masih tidak mau berhenti.
Tiba-tiba, kudengan sebuah suara yang asing, tepat dibelakangku.
"Ya ampun, Lhou, disini kau rupanya! Hei, kemarilah. Oke, diam. duduk!"
Hound itu mendadak membatu, menuruti apa perintah suara asing itu. Lagi, hatiku mencelos.
Adventurer... Celaka.
Aku berbalik sambil berdoa semoga pendengaranku salah. Dan sayangnya Tuhan telah menampik doaku..
Didepanku berdiri sesosok pemuda dengan kulit cokelat, dan rambut yang dicat biru. Menggelikan.
"Oh.. Hai... Apakah hound-ku membuat masalah disini?" Ia berkata sambil melemparkan senyum padaku. Aku diam saja sambil menatapnya, masih shok.
"Namaku Nethan, dan dia Lhou" Ia kembali berucap -masih dengan senyum, dan aku tetap saja diam.
"Siapa namamu?" Kali ini ia melepaskan senyum dari wajahnya. Aku menelan ludah,
"Blea" Suaraku tercekat.
"Hoo.. nama yang lucu. Tadi aku mendengar teriakanmu, dan kebetulan aku sedang mencari Lhou yang tiba-tiba menghilang. Ia sudah merepotkanmu ya.." Pemuda itu menggaruk kepalanya, dan aku menatapnya dengan ketus.
"Ya. Kuharap kau bisa menjaga Hound-mu dengan baik lain kali." Jawabanku tak kalah ketus, namun sepertinya pemuda ini kebal terhadap nada ucapanku yang menusuk.
Bukannya bereaksi pada kalimaku yang tajam, ia malah melihat sekeliling dengan tatapan kagum.
Oh tidak! Ini buruk...
"Aku tidak pernah melihat ladang ini sebelumnya..."
JLEB
"Heii, lihatlah tempat ini, tanahnya begitu subur.." Nethan -begitu kan ia memperkenalkan namanya tadi?- melihat sekeliling sambil melangkahkan kakinya, walaupun ia membelakangiku, aku masih bisa mendengar decak kagumnya.
"Jika bukan karena teriakanmu.. aku tidak akan bisa menemukan tempat ini" lanjut Nethan.
JLEB JLEB..
Aku kehabisan kata-kata. Kini, tempat rahasiaku sudah terbongkar. Tinggal tunggu waktu saja, Nathan akan menyebar-luaskan lokasi emas ini kepada Adventurers lainnya.
Lututku lemas, aku terduduk didekat pohon Peach-ku yang sedang tumbuh. Aku melirik tumbuhan itu dengan mata yang seolah-olah berkata : "Oh pohon Peach-ku... kaulah harapan terakhirku sekarang"
Aku menghela napas panjang, dan tanpa kusadari Nethan sudah duduk didepanku.
"Apa yang kau tanam itu, Blea?" Suaranya mengganggu telingaku. Mendadak aku menyesal memberitahu namaku padanya.
"Peach.."
"Ooh, pohon yang tumbuhnya cepat itu ya.."
"Hhhnn.. Entahlah.. " Mataku menerawang.
Suasana hening, dari ekor mataku dapat kulihan Nethan memperhatikan pohon Peach-ku yang masih belia.
"Jadi, Blea.. Sepertinya kau sering berada di Ladang ya?" Suara Nethan kembali memecah suasana.
"Well, yaa.. Dan sepertinya kau tidak sering berada di Ladang, ya?" Nadaku seperti mencela. Entah mengapa aku bersikap ketus pada Nethan.
Pemuda itu tertawa ringan, lalu mengangguk.
"Level farming-mu pasti tinggi" lanjutnya, yang kujawab dengan senyum meremehkan
"Tidak juga.. Morrie bilang aku tidak berbakat dalam farming. Dia bilang aku ceroboh, keras kepala, dan bla bla bla"
Nethan tertawa lagi, aku menatapnya dengan ketus
"Tapi jangan salah! Dengan tanganku ini, aku akan membuat Peach Tart ter-lezat se-Verathea!" Tangkisku sebelum ia dapat menjawab.
"Ooh, jadi itu sebabnya kau menanam Peach ya"
Aku tidak menjawab. Aku hanya mengalihkan pandangan tak acuh.
"Hmm.. Kau mau mendengar cerita tentangnku?" Uja Nethan. Aku tidak menjawab lagi, dan aku tidak peduli. Tapi yah, dia tetap nyerocos saja
"Aku adalah seorang Sword Master, Biasanya sih aku lebih tertarik dengan Hunting untuk mengejar levelku yang tertinggal. Aku bahkan belum mengganti job ketiga..
.. Konsentrasi hunting ku teralihkan oleh menanam dan memancing, memasak.. Aah, sangat menyenangkan. Bukan begitu menurutmu Blea?"
Aku hanya menggumam sebagai jawaban, tidak terlalu mendengarkan.
"Sepertinya kau tinggal di Rumah Ladang ya Blea? kalau aku, aku tinggal di Saint's haven.. Tidak jauh dari sini. Kau pernah kesana kan?"
Lagi-lagi, aku hanya menggumam.
Nethan terus mengoceh, namun konsentrasiku terpecah. Aku melamun.
Suara Nethan yang bernada lebih tinggi berhasil membuatku terkejut
"Blea, lihat itu!!" Nethan memekik sambil menunjuk pohon Peach-ku yang mulai tumbuh. Dedaunan hijau muda keluar dari batang-nya yang menjorok dari dalam tanah. Kau tau, kejadian langka -melihat tumbuhan tumbuh dengan cepat-, itu ternyata sangat menyenangkan.
Aku sontak berdiri, dan kami berdua tidak berkedip memandangi pohon Peach yang tiba-tiba saja sudah tumbuh sempurna.
Senyum merekah di wajahku, bukan karena ini artinya aku bisa panen sekarang, namun ini berarti aku bisa mencari alasan untuk mengusir Nethan.
"Jadi.. Kau menikmati pertunjukannya?" Aku melembutkan nada suaraku
"Keren banget.. Tentu saja aku menikmatinya!" Jawab Nethan, senyumnya juga merekah
"Ehm.. Okay.. Kalau begitu. Nethan, Aku harus pergi setelah memanen Peach ini. Senang bertemu denganmu"
Nethan tampak bingung, namun setelah jeda seper-sekian detik, ia menangkap maksud 'usiran' halusku.
"Baiklah kalau begitu. Terima kasih karena telah mau mengobrol denganku ya?" Senyumnya tak pudar. Aku hanya mengangguk mahfum
Saat Nethan sudah menghilang dari hadapanku, aku baru teringat akan sesuatu yang Fatal. Ladang-KU.
Aku memanen pohon Peach dengan kecepatan kilat, dan tergopoh menuju pusat ladang.
Mataku memburu sekeliling Trading master, aku bahkan bertanya pada Morrie, namun nihil. Aku tidak menemukan Nethan.
"Sudahlah Blea! Berhenti bermain-main dan cepat bantu aku mencari earth worm" Suara Morrie terdengar disela hiruk-pikuk para pembeli trading House
"Tidak sekarang Morrie! Ladang-KU dalam bahaya!" Ucapku panik.
Sore hari, aku kelelahan mencari Nethan dan mood-ku sudah tidak memungkinkan lagi untuk membuat Peach Tart.
Kau tau apa yang paling membuat tenang saat suasana hatimu gamang begini?
Aroma dari pohon Resurrection Apple.
Tentu saja, tanaman dengan grade tertinggi itu hanya dapat ditanam oleh seorang master farmer. Bahkan akupun masih jauh levelnya dari mereka.
Aku berjalan menyusuri ladang, menuju tempat orang-orang menanam pohon Resurrection Apple dan melabeli masing-masing pohon dengan namanya. Wajar sih, jika pohon berharga seperti itu.
Aku mengendus berbagai macam pohon Resurrection Apple yang berada ditengah ladang terbuka. Matahari sore yang tidak terlalu panas dan aroma yang lembut, membuat mood-ku sedikit banyak terbenahi.
Aku berjalan ke ujung ladang untuk melihat pohon terbesar, dan mengendus aromanya. Mataku terpejam, sepertinya moodku benar-benar mulai membaik..
Aku mengamati ladang pohon Resurrection Apple, dan baru kusadari bahwa pohon yang barusan kuendus baunya adalah pohon yang paling besar. Aku kagum pada yang menanam pohon ini, ia pasti sudah sangat mahir dalam farming.
Karena penasaran, kulihat label yang berada diantara dedaunan pohon terbesar itu, dan hatiku mencelos..
Nethan. Tidak salah lagi, pemilik pohon itu adalah pria menyebalkan yang sudah membocorkan rahasia Ladang-KU tadi. Tercetak jelas di label pohon itu, namanya..
Mendadak lututku lemas, Meningat apa yang telah kukatakan padanya.
Dan aku sadar satu hal, Nethan tidak akan membocorkan lokasi ladang-KU kepada siapapun, dia adalah penyimpan rahasia yang ulung.
Dan jika bertemu dengannya lagi, mungkin aku akan tersenyum.
Atau aku akan memberinya Peach Tart buatanku.
Atau mungkin aku akan bersembunyi saja dibalik pohon Peach yang lebat..
Aku sontak berdiri, dan kami berdua tidak berkedip memandangi pohon Peach yang tiba-tiba saja sudah tumbuh sempurna.
Senyum merekah di wajahku, bukan karena ini artinya aku bisa panen sekarang, namun ini berarti aku bisa mencari alasan untuk mengusir Nethan.
"Jadi.. Kau menikmati pertunjukannya?" Aku melembutkan nada suaraku
"Keren banget.. Tentu saja aku menikmatinya!" Jawab Nethan, senyumnya juga merekah
"Ehm.. Okay.. Kalau begitu. Nethan, Aku harus pergi setelah memanen Peach ini. Senang bertemu denganmu"
Nethan tampak bingung, namun setelah jeda seper-sekian detik, ia menangkap maksud 'usiran' halusku.
"Baiklah kalau begitu. Terima kasih karena telah mau mengobrol denganku ya?" Senyumnya tak pudar. Aku hanya mengangguk mahfum
Saat Nethan sudah menghilang dari hadapanku, aku baru teringat akan sesuatu yang Fatal. Ladang-KU.
Aku memanen pohon Peach dengan kecepatan kilat, dan tergopoh menuju pusat ladang.
Mataku memburu sekeliling Trading master, aku bahkan bertanya pada Morrie, namun nihil. Aku tidak menemukan Nethan.
"Sudahlah Blea! Berhenti bermain-main dan cepat bantu aku mencari earth worm" Suara Morrie terdengar disela hiruk-pikuk para pembeli trading House
"Tidak sekarang Morrie! Ladang-KU dalam bahaya!" Ucapku panik.
Sore hari, aku kelelahan mencari Nethan dan mood-ku sudah tidak memungkinkan lagi untuk membuat Peach Tart.
Kau tau apa yang paling membuat tenang saat suasana hatimu gamang begini?
Aroma dari pohon Resurrection Apple.
Tentu saja, tanaman dengan grade tertinggi itu hanya dapat ditanam oleh seorang master farmer. Bahkan akupun masih jauh levelnya dari mereka.
Aku berjalan menyusuri ladang, menuju tempat orang-orang menanam pohon Resurrection Apple dan melabeli masing-masing pohon dengan namanya. Wajar sih, jika pohon berharga seperti itu.
Aku mengendus berbagai macam pohon Resurrection Apple yang berada ditengah ladang terbuka. Matahari sore yang tidak terlalu panas dan aroma yang lembut, membuat mood-ku sedikit banyak terbenahi.
Aku berjalan ke ujung ladang untuk melihat pohon terbesar, dan mengendus aromanya. Mataku terpejam, sepertinya moodku benar-benar mulai membaik..
Aku mengamati ladang pohon Resurrection Apple, dan baru kusadari bahwa pohon yang barusan kuendus baunya adalah pohon yang paling besar. Aku kagum pada yang menanam pohon ini, ia pasti sudah sangat mahir dalam farming.
Karena penasaran, kulihat label yang berada diantara dedaunan pohon terbesar itu, dan hatiku mencelos..
Nethan. Tidak salah lagi, pemilik pohon itu adalah pria menyebalkan yang sudah membocorkan rahasia Ladang-KU tadi. Tercetak jelas di label pohon itu, namanya..
Mendadak lututku lemas, Meningat apa yang telah kukatakan padanya.
Dan aku sadar satu hal, Nethan tidak akan membocorkan lokasi ladang-KU kepada siapapun, dia adalah penyimpan rahasia yang ulung.
Dan jika bertemu dengannya lagi, mungkin aku akan tersenyum.
Atau aku akan memberinya Peach Tart buatanku.
Atau mungkin aku akan bersembunyi saja dibalik pohon Peach yang lebat..
0 comments:
Post a Comment